Menggapai Impian: Evaluasi Diri dan Langkah Menuju Masa Depan

Moch. Muchlis Zamzami mahasiswa FAI / PGMI penerima beasiswa Baznas UNISMA Angkatan 5

Waktu berlalu begitu cepat hingga tanpa terasa tahun baru sudah di depan mata. Banyak orang memanfaatkan momen ini untuk bermuhasabah, mengevaluasi apa saja yang telah dilakukan selama setahun, dan merencanakan target untuk tahun depan. Saya, seorang mahasiswa semester 7 di Universitas Islam Malang, juga melakukan hal yang sama. Sebagai penerima beasiswa BAZNAS, saya merasa memiliki tanggung jawab besar, terutama dalam mengamalkan Tri Dharma Perguruan Tinggi: pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Namun, saya menyadari bahwa masih banyak yang harus saya tingkatkan untuk mewujudkan itu semua.
Sebagai langkah awal, saya tidak hanya fokus pada pembelajaran di kelas, tetapi juga aktif dalam organisasi eksternal kampus. Di sana, saya banyak belajar, mulai dari pengembangan soft skills, menghargai pendapat orang lain, hingga kemampuan menyelesaikan masalah. Pengalaman ini sangat berguna ketika saya menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) di semester 5. Saat itu, saya menghadapi berbagai permasalahan, baik dari mahasiswa maupun masyarakat, dan belajar bagaimana menyelesaikannya tanpa menimbulkan konflik berkepanjangan.

Selain menjadi mahasiswa, saya juga seorang santri di Pondok Pesantren Al-Qur’an Nurul Huda, Singosari, Malang. Keseharian saya tidak hanya diisi dengan belajar pelajaran formal, tetapi juga pelajaran nonformal di pesantren. Saya dipercaya menjadi pengajar Al-Qur’an dan ketua program Huffadz. Amanah ini menuntut saya untuk bertanggung jawab besar dalam membina santri, termasuk mengembangkan program baru. Salah satu inovasi saya adalah ujian semaan Al-Qur’an, di mana santri harus melewati ujian hafalan 5 juz sebelum melanjutkan ke juz berikutnya. Program ini mendapat apresiasi dari pengasuh, pengurus, dan wali santri karena membantu santri menjadi penghafal yang lebih mutqin (kuat hafalannya).
Menjadi mahasantri adalah pencapaian yang membanggakan bagi saya. Gelar ini mendorong saya untuk hidup lebih produktif dan pandai mengatur waktu. Dengan banyaknya tanggung jawab di pesantren dan kampus, saya benar-benar belajar dari pepatah Arab, “Al-waqtu kassaif, fa in lam taqtha’hu qatha’aka”, yang artinya, “Waktu itu ibarat pedang, jika tidak kamu gunakan dengan baik, ia akan menebasmu.” Pepatah ini memotivasi saya untuk terus berusaha mengelola waktu dengan sebaik-baiknya.

Pengalaman berharga lainnya saya dapatkan selama liburan semester 6, ketika mengikuti PPLK di MIN 1 Kota Malang, sekolah berbasis nasional dengan pengajaran digital yang sangat maju. Awalnya, saya merasa minder karena ditempatkan di sekolah dengan reputasi tinggi. Namun, saya menjadikan tantangan itu sebagai motivasi untuk terus belajar. Selama PPLK, saya sibuk mengajar, membuat modul ajar, hingga melakukan evaluasi pembelajaran. Saya juga terinspirasi oleh guru-guru di sana yang tidak hanya mengajarkan ilmu tetapi juga membentuk karakter siswa. Hasilnya luar biasa—banyak siswa yang meraih prestasi tingkat kabupaten hingga internasional. Prestasi guru dan sekolah juga tidak kalah mengagumkan. Semua itu memotivasi saya untuk menjadi guru yang profesional dan inovatif di masa depan.
Melihat kembali capaian tahun ini, saya bersyukur atas banyak pelajaran dan pengalaman yang telah saya dapatkan. Target saya untuk tahun depan adalah lulus tepat waktu, memprioritaskan kewajiban, membahagiakan orang tua, dan bermanfaat bagi nusa dan bangsa. Untuk mencapainya, saya berencana menjalani hidup produktif, meningkatkan kemampuan, dan berusaha istiqamah. Dengan itu semua, saya yakin target-target tersebut dapat tercapai.

”Menjadi orang baik cukup hanya diam saja, tetapi menjadi orang yang bermanfaat butuh perjuangan”